Carlos Vela, Megabintang Andalan Los Angeles FC
Carlos Vela, Megabintang Andalan Los Angeles FC – Satu lagi bintang yang bermain di MLS, jauh sebelum usia tua menyergapnya. Dialah Carlos Vela. Datang ke Amerika di usia emas 27 tahun. Artinya? Dia bahkan masih terlalu bagus untuk klub-klub regular penantang Champion seperti Ajax, Celtic, atau Porto. Dan akan menjadi salah satu bintang di klub seperti AS Roma, Tottenham, dan Dortmund, serta jadi bintang yang menantang untuk Mbappe, Messi, dan Ronaldo. Tapi ke MLS dia pergi. Tidak sekedar ke MLS, tapi juga ke klub yang belum ada tradisi juara, Los Angeles FC. Saya sendiri masih terlalu takjub, kenapa Vela ke MLS? Di saat dia bisa jadi bintang besar di Eropa.
Alasan dia pindah kadang diselorohkan, karena kota LA berbatasan dengan tanah kelahirannya Mexico. Apapun alasannya, Vela kemudian menjelma menjadi mega binang di LA FC. Tidak seperti LA Galaxy, LA FC minim bintang kelas Eropa. Hanya Bradley Wright Phillips, adik dari Shaun Wright Phillips, serta keponakan Ian Wright, yang kita kenal. Juga ada Keneth Veermer, kiper Belanda yang familiar karena pernah bermain di Ajax Amsterdam. Sisanya nama-nama yang mengernyitkan dahi bagi fans sepak bola di Indonesia.
Seperti yang diperkirakan, Carlos Vela menjadi Carlos Dewa, menjadi dewa gol seperti yang dia tunjukkan sebelumnya di La Liga bersama Real Sociedad. Musim pertama dia ceploskan 15 gol. Musim keduanya pada 2019 lalu, sangat menganggumkan mencetak 38 gol di semua kompetisi pada 36 game. Vela memang mencapai musim terbaik dalam karir yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 2019 di MLS, dengan memecahkan rekor mencetak gol per musim liga, gol gabungan + assist dalam dua musim, di LAFC kini sudah mencapai 53 gol 23 assist.
Dia pun didapuk menjadi kapten LAFC dan memimpin kawan-kawannya mendapatkan trofi pertama untuk LAFC, memenangkan pertandingan playoff pertama LAFC lalu memenangkan gelar pemain terbaik MVP, MLS musim 2019.
Mungkinkah dia menjadi MLS MVP lagi musim ini? Itu mungkin, tentu saja, meskipun juga patut dicatat bahwa tidak ada pemain yang pernah memenangkan MLS MVPs back-to-back, dan hanya satu pemain, Preki, yang memenangkan MVP lebih dari sekali (penghargaan kedua datang jauh pada tahun 2003). Tapi sekali lagi, itu mungkin.
Liga MLS belum di gelar, tapi bayang-bayang teror Vela sudah bisa dirasakan oleh tim lainnya. Vela masih mampu mengejar gol lebih banyak lagi. Vela tengah lapar, fokus dan dalam bentuk terbaik dalam karirnya pada tahun ini, jika tidak pada tahun ini, maka tidak akan ada tahun berikutnya untuk Vela, karena regresi usianya yang sudah kepala tiga.
Walau demikian, secara realistis, ada hitungan lain, semacam proyeksi apakah Vela masih sebagus musim sebelumnya dengan dukungan kawan-kawan main yang juga mengalami regresi usia? Walau begitu masih ada keyakinan, seandainya tidak cetak 40 gol yang artinya memecah rekor tahun sebelumnya, maka akan slip mencetak lebih dari 20 gol dan kurang dari 30 gol? Jika bukan gol, maka assisnya pun sangat berbahaya kepada rekannya Diego Rossi yang telah cetak 28 gol untuk LAFC.
Itupun bukan jaminan untuk Vela karena Rossi yang masih muda, usia masih 21 tahun dilirik oleh klub-klub besar Eropa. Jadi Vela ada kemungkinan kehilangan rekan yang bagus. Walau begitu, Vela tetap akan menjadi icon Los sepak bola Angeles hingga dia putuskan untuk pensiun. Jika anda ingin mengikuti terus update dari Icon Los Angeles ini, anda bisa mengaksesnya melalui situs yang selalu memberikan informasi tentang slot online